Di Indonesia, kita akan sering berjumpa dengan saat-saat yang gelap. Yaitu saat listrik padam. Entah mendadak ataupun direncanakan oleh PLN dengan pemberitahuan. Apalagi musim penghujan atau mendekati puasa dan lebaran. Alasan dari PLN mungkin tidak lebih dari gangguan atau perbaikan pelayanan jaringan.
Kalaupun pemadaman itu sudah direncanakan, persiapan yang kita lakukan kadang masih saja kurang. Misalkan saja, lilin sudah siap di meja berdekatan dengan korek apinya sehingga mudah dijangkau, atau sudah charging lampu emergency seharian, tetapi ada pula yang terlupa dan disadari ketika sudah terjadi pemadaman. Sudahkah mengisi air di bak tampungan, atau kamar mandi? Dan masih cukupkah? Baik, ini Cuma mengingatkan saja dan pembahasan kita hanya pada lampu emergency.
Ketika mati listrik malam hari (tentu saja, kalau siang tidak begitu perlu menyalakan lampu kan..) pertama kali yang dicari adalah lampu darurat. Bisa berupa lapu teplok, lilin, senter (flash light), atau lampu emergency. Nah mana yang anda pilih? Dan apa yang biasanya anda punya di rumah?
Lampu teplok. Sangat sederhana, mengingatkan saya pada waktu masih SD ketika belum ada Listrik Masuk Desa. Namun saat ini sudah jarang dijumpai karena bahan bakarnya sudah langka (minyak tanah). Jadi tidak usah dibahas hehe...
Liin sangat mudah kita temukan (dibeli) di warung-warung dekat rumah. Harganya murah. Penggunaannya sangat mudah, sekali habis ya sudah. Cuma sedikit kelebihannya. Tapi seperti peralatan-peralatan lainnya, hindarkan dari jangkauan anak-anak. Coba anda ingat berita-berita kebakaran yang sering terjadi tidak sedikit yang sumbernya adalah dari api lilin saat sedang mati listrik. Kadang-kadang adalah karena kecerobohan menyalakan lilin dan diletakkan di tempat-tempat yang rawan atau mudah terbakar misalnya di kusen jendela dekat dengan tirai, di meja dengan taplak kain ataupun plastik, di kursi, bahkan belum lama ini tetangga saya juga terbakar toiletnya karena lilin yang diletakkan di atasnya habis dan membakar tutup kloset yang terbuat dari plastik. Jadi perhatikan kalau menyalakan lilin, tempatkan di tempat-tempat yang kemungkinan terbakarnya sedikit. Misalnya letakkan saja di lantai, atau buatkan tempat yang tidak mudah terbakar atau meleleh seperti logam, atau piring keramik.
Lampu Emergency sangat aman digunakan. Lampu yang belakangan ini sudah sangat banyak dijual di took-toko peralatan listrik, bahkan di supermarket sangat mudah dijumpai. Harganya sudah mulai bersaing dengan banyaknya merk yang ada di pasaran kira-kira 50ribu saja sudah bisa bawa pulang lampu emergency yang standar. Kalau harga dan merk tentu kita sudah paham apa perbandingannya ya. Kemudian yang diperhatikan saat memilih lampu emergency adalah yang pertama yaitu jenis lampu yang digunakan, baterai atau tenaga cadangannya jenis apa. Jenis lampu emergency sekarang menggunakan baterai dengan jenis yang bermacam-macam dan keunggulannya rata-rata sama yaitu free maintenance (bebas perawatan). Kemudian lampu yang digunakan pada lampu emergency tersebut, check dan tanyakan jenisnya apakah lampu halogen, flouressent , bulb, atau LED. Kalau lampunya menggunakan halogen, menurut pengalaman saya lampu tersebut sangat boros tenaga dan juga panas. Untuk jenis lampu selanjutnya boleh dipilih dan check wattage nya, tetapi yang paling hemat listrik atau baterai ya LED (Light Emiting Dioda). Jenis lampu ini tidak menimbulkan panas berlebih, dengan daya sekitar 5 watt setara terangnya dengan lampu biasa 40watt. Kemudian juga dimensi dan desain produk itu bisa ditempatkan seperti apa, apakah digantung, ditempel, dan sebagainya.
Dari serangkaian tulisan ini mudah-mudahan bermanfaat untuk kita semua. Yang jelas, perhatikan keselamatan anda, keluarga, dan lingkungan anda.
Comments
Post a Comment